I.
Pendahuluan
Pada zaman awal kelahiran Islam, Nabi dan para sahabatnya
menjadikan masjid sebagai tempat untuk mempelajari Islam, kemudian masjid ini
berkembang menjadi pusat studi Islam. Mahmud Yunus yang di kutip oleh Atang
Abdul Hakim dan Jaih Mubarok menjelaskan bahwa pusat-pusat studi islam klasik
adalah di Makkah danMadinah (Hijaz), Basrah dan Kufah (Irak), Danaskus dan
Palestina (Syam), dan Fistat (Mesir).
Tetapi seiring
berjalannya waktu Islam tidak hanya berkembang di daerah tersebut tetapi juga
tumbuh di belahan dunia lainya seperti di dunia bagian Timur di daerah Benua
Asia dan sekitarnya termasuk juga Indonesia serta dunia bagian Barat seperti
Benua Amerika dan Eropa .
Untuk lebih
jelasnya marilah kita lihat makalah dan pemaparan pemakalah sebagai berikut
II.
RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana perkembangan studi Islam di Barat?
b. Bagaimana perkembangan studi Islam di Timur?
c. Bagaimana perkembangan studi Islam di Indonesia?
III.
PEMBAHASAN
A.
DINAMIKA STUDI ISLAM DI DUNIA
1.
Studi Islam di Barat
a.
Kanada
Kajian keislaman di Kanada pertama
kali diselenggarakan di McGiII University tokoh utamanya Wilfred Cantwell
Smith. Gagasan utama dibukanya kajian ini adalah banyaknya konflik yang
ditimbulkan oleh isu agama. Hal ini menggugah Smith untuk membuka pusat kajian
agar para sarjana Barat tahu secara benar tentang islam dan sekaligus untuk
mengurangi adanya kesalahpahaman di antara mereka.
Pusat kajian ini berkembang menjadi
sebuah departemen yang menjadi bagian dari McGiII University. Bahkan, untuk
lebih memperbanyak hasil-hasil penelitian tentang islam ini, departemen ini
mengundang para peneliti, professor, atau guru-guru besar dari berbagai Development Of Islamic Studies In Canada.
Dari Indonesia, Prof. Dr. Nurcholish Madjid (alm) dan Prof. A. Syafi’I Ma’arif
pernah menjadi tenaga pengajar di departemen ini.
Di kanada, studi islam bertujuan :
1.
Menekuni
kajian budaya dan peradaban islam dari zaman Nabi Muhammad SAW hingga masa
konteporer.
2.
Memahami
ajaran islam dan masyarakat muslim diseluruh dunia.
3.
Mempelajari
beberapa bahasa muslim[1].
b.
Amerika Serikat
Di Amerika, studi-studi islam pada
umumnya memang menekankan pada studi sejarah islam, bahasa islam selain bahasa
Arab, sastra dan ilmu-ilmu social, yang berada di pusat studi Timur Tengah atau
Timur Dekat.
Di Chicago, kajian islam
diselenggarakan di Chicago University. Secara organisatoris, studi islam berada
di bawah Pusat Studi Timur Tengah, Jurusan Bahasa dan Kebudayaan Timur Dekat.
Di lembaga ini, kajian islam lebih mengutamakan kajian tentang pemekiran islam,
bahasa Arab, naskah-naskah klasik, dan bahasa-bahasa Islam non-Arab.
Di UCLA, studi islam dibagi menjadi
beberapa komponen :
1.
Mengenai
doktrin agama islam, termasuk sejarah pemikiran islam.
2.
Bahasa
Arab, termasuk teks-teks klasik mengenai sejarah, hokum, dan lain-lain.
3.
Bahasa-bahasa
non-Arab yang muslim, seperti Turki, Urdu, Persia, dan sebagainya, sebagai
bahasa yang dianggap telah ikut melahirkan kebudayaan islam.
4.
Ilmu-ilmu
social, sejarah, bahasa Arab, dan sosiologi. Selain itu, ada kewajiban
menguasai secara pasif, satu atau dua bahasa eropa.[2]
c.
Inggris
Di Inggris, studi islam digabungkan
dalam School of Oriental and African Studies (Fakultas Studi Ketimuran dan
Afrika) yang memiliki berbagai jurusan bahasa dan kebudayaan di Asia dan
Afrika. Salah satu program studinya adalah program MA tentang masyarakat dan
budaya islam yang dapat dilanjutkan ke jenjang doctor.
Dalam rangka berdakwah dan
mengembangkan ajaran islam, serta memberikan pemahaman yang lebih baik tentang
keyakinan seorang muslim, dua Universitas yang cukup terkenal di inggris
membangun Pusat Penelitia Islam. Pembangunan Islamic Center ini di danai oleh seorang pebisnis asal Saudi,
Harian The Independent melaporkan
bahwa kedua universitas itu adalah University of Cambridge dan University of
Edinburgh. Pangeran Kerajaan Saudi Arabi, Al Walad bin Talal, mendukung
pembangunan Pusat Penelitian Islam ini di kedua universitas tersebut. Ia
mengatakan kegembiraannya saat pembukaan dan penandatanganan di Istana
Buckingham, Inggris.
Universitas Gambridge dan Universitas Edinburgh menerima bantuan
sekitar 16 juta Pounsdterling. Kedua universitas tersebut memant memant memang
memiliki beberapa pengalaman dalam hubungannya dengan islam, terutama dalam
pendidikan islam. Hamper bertahun-tahun, Universitas Edinburgh selalu
menawarkan para pelajar dari kalangan muslim.
Universitas tersebut adalah
universitas pertama yang mengembangkan system pendidikan Islami dan Timur
Tengah. Hamper 60 mahasiswa bergabung dan belajar di Fakultas Asia dan
Pembelajaran timur Tengah setiap tahunnya. Fakultas ini memang fakultas khusus
yang ada di Universitas Cambridge. Dana atau bantuan tersebut adalah bagian
dari usaha-usaha pangeran Al Waled bin Talal. Upaya ini merupakan salah satu
bentuk untuk mengembangkan islam. Pada 2 tahun sebelumnya ia menyumbangkan
sekitar 40 juta dollar untuk membentuk program pembelajaran islam di
universitas Harvard dan Georgetown, merika serikat. Universitas ini melakukan
sebuah pengkajian tentang keajaiban berkaji dengan mengatakan bahwa haji adalah
alat pemersatu umat islam.[3]
d.
Belanda
Satu ilmuwan di
sana menyatakan bahwa studi islam di belanda sampai setelah perang dunia II
masih merupakan refleksi dari akar anggapan bahwa islam bermusuhan dengan
Kristen, dan pandangan islam sebagai agama tidak patut di anut. Belakangan, ada
sifat yang lebih obyektif seperti yang tertulis dalam berbagai brosur, bahwa
studi islam di belanda lebih menekankan pada kajian islam di Indonesia
tertentu, tetapi kurang menekankan pada aspek sejarah islam itu sendiri.
Di Negara ini, kajian islam di
lakukan di universitas laiden. Universitas ini merupakan perguruan tinggi yang
sangat intens memperjuangkan kajian islam menjadi bagian dari lemabaga kajian
universitas ini. Di universitas ini terdapat koleksi perpustakaan kajian islam
yang sangat memadai. Bahkan, terdapat manuskrip-manuskrip tentang islam yang
berasal dari beberapa Negara yang dari negeri asalnya, manuskrip ini tidak
terurus, bahkan sudah hilang.
e.
Jerman
Di Jerman, studi islam difokuskan
pada kajian-kajian tentang bahasa, budaya dan agama, yang lebih di kenal dengan
Seminar Orientalis (Orientalisches Seminar). Sebagaimana studi ketimuran pada
umumnya, studi islam berdiri sendiri terlepas dari teologi (termasuk misiologi)
dan tidak terpengaruh terhadap polemic dan apologi. Sebagai sebuah disiplin ilmu,
studi islam berada di bawah Fakultas Seni atau di bawah sub-bagiannya
(jurusan-jurusan), misalnya, Studi Budaya (Kulturwissenschaft) sebagaimana yang
ada di Swedia dan Belanda.
Tokoh yang berpengaruh dalam kajian
islam pada generasi pertama di Jerman adalah Theodore Noldeke (1836-1930),
Julius Wellhausen (1844-1918), dan Ignaz Goldziher (1850-1921), yang
masing-masing dikenal karena penelitian mereka tentang Al-Quran, awal sejarah
islam dan perkembangan internal agama dan budaya Islam. Pada generasi kedua,
muncul tulisan-tulisan dari Helmut Ritter (1882-1971) mengenai teks-teks agama
islam dan karya-karya Carl Brockelmann (1868-1956) mengenai sejarah teks-teks
Arab. Ada juga beberapa nama, termasuk Hans Heinrich Schaeder (1896-1957) yang
mampu mengkaji islam dalam kerangka yang lebih luas dari sejarah keagamaan
orang-orang Timur Dekat dan sejarah dunia yang tidak lagi mengikuti pola
kesarjanaan yang Eurosentris.[4]
f.
Australia
Studi islam di Australia dilakukan
oleh sebagian besar orang Indonesia yang bertujuan mengamalkan islam. Kajian
ini dilakukan di lingkungan mahasiswa muslim Indonesia yang belajar di beberapa
universitas di Melboure. Di sana, mereka tidak bergabung pada kelompok pengajian
manapun karena mereka menganggap satu-satunya tujuan dating ke australia adalah
Belajar. Pengajian itu bersifat dialektika yang menyangkut topik-topik yang
controversial atau mengandung aspek-aspek ilmiah.
Beberapa mahasiswa muslim Indonesia
di Monash juga menghadiri pengajian yang diadakan Islam Study Group yang pada umumnya berbentuk tafsir Quran. Mereka
juga aktif menghadiri pertemuan kelompok muslim yang dikenal dengan sebutan jama’ah tabligh.
B.
Studi islam di Negara timur
Studi islam sekarang ini berkembang hampir di seluruh Negara di
dunia, baik di dunia timur maupun barat. Sebelum menjelaskan tentang sejarah
perkembangan studi islam di dunia timur dirasa penting untuk menuliskan dua
hal. Pertama menulis secara singkat prestasi umat manusai dalam bidang ilmu
pengetahuan. Kedua, menulis sejumlah intelektual yang berperan dalam kemajuan
lembaga pendidikan islam. Sejarah singkat prestasi umat manusia dalam bidang
ilmu pengetahuan dikemukakan misalnya oleh George Stanton sebagai berikut :
Euclides, archimides, dan seterusnya.
Kedua, tahun 600-700M disebut zaman cina dengan tokoh Hsin dan I
ching .
Ketiga 750-1258, disebut jaman kejayaan muslim . selama 350 tahun
pertama (750-1100M) kejayaan tersebut di dominasi dan secara mutlak dikuasai
sarjana-sarjana muslim: jabir, al-razi, wafa, ibnu sina, dll.setelah itu muncul
nama-nama non muslim.
Sementara beberapa pusat kegiatan intelektual pra islam diluar Arabia
yang berperan besar memajukan pendidikan di dunia muslim digambarkan berikut.
Bahwa kemajuan pengetahuan dalam islam tidak mungkin di pisahkan dari tradsi
intelektual peradaban – paradaban terdahulu yang telah maju sebelum dan
menjelang munculnya islam. Kalau dalam islam perkembangan ilmu pengetahuan
mencapai abad ke2H atau 8M sampai abad k6H atau 12M. maka jauh sebelumnya
bangsa yunani , india, cina, Tibet, mesir dan Persia telah mengembangkan
tradisi keilmuannya sendiri-sendiri. Secara , peradaban islam adalah pewaris
yang kemudian melakukan sintesis dan penyempurnaan atas pengetahuan dari
peradaban-peradaban kuno tersebut. Berikut ini adalah beberapa kota yang
merupakan pusat kegiatan intelektual sebelum dan menjelang datangnya islam,
yang berperan sebagai jembatan dalam proses penyarapan ilmu pengetahuan oleh
umat islam.5
1.
Nizhamiyah di
Baghdad
Perguruan tinggi Nizhamiyah di Baghdad ini
berdiri pada tahun 445 H/1063 M.[5][3] Perguruan
tinggi ini dilengkapi dengan perpustakaan yang terpandang kaya raya di baghdad,
yakni Bait Al-Hikmah yang dibangun oleh Khalifah Al-Makmun (813-833 M), salah
seorang ulama besar yang pernah mengajar
di sana, adalah ahli pikir islam terbesar, Abu Hamid Al-Ghazali (1058-1111 M),
yang kemudian terkenal dengan sebutan Imam Ghazali.
Di lembaga ini ada empat unsur pokok, yakni (1)
seorang mudarris (guru besar) yang bertanggung jawab terhadap pengajaran di
lembaga pendidikan, muqri’ (ahli Al-Qur’an) yang mengajar Al-Qur’an di masjid,
muhaddis (ahli hadis) yang mengajar hadis lembaga pendidikan, dan seorang
pustakawan (Bait Al-Maktub) yang bertanggung jawab terhadap perpustakaan,
mengajar bahasa dan hal-hal yang terkait.
Perguruan tinggi tertua di Baghdad ini hanya
sempat hidup hampir dua abad. Yang akhirnya hancur akibat penyerbuan bangsa
Mongol di bawah pimpinan Hulaghu Khan pada tahun 1258 M.
2.
Al-Azhar di Kairo Mesir
Panglima besar Juhari Al-Siqili pada tahun 362
H/972 M membangun Perguruan Tinggi Al-Azhar dengan kurikulum berdasarkan ajaran
sekte Syiah. Pada masa pemerintahan Khalifah Al-Hakim Biamrillah
(966-1020), khalifah keenam dari Daulat Fathimiyah, ia pun membangun
perpustakaan terbesar di Al-Qahirah untuk mendampingi Perguruan Tinggi
Al-Azhar, yang diberi nama Bait Al-Hikmah (Balai ilmu pengetahuan), seperti
nama perpustakaan terbesar di Baghdad. Berikut periode-periode
yang di lalui al-azhar semenjak di dirikannya sampai sekarang, dengan membatasi
pada tiga kerajaan yang pertama saja.
a. Al-Azhar di bawah kerajaan
Fatimiyah (361-567H / 972-1017M)
b. Al-Azhar di bawah kerajaan
Ayyubiyah (567-648H / 1171-1250M)
c. Al-Azhar di bawah kerajaan
Mamalik al-Bahriyah dan Syarakisah (648-923H / 1250-1517M)[6]
Pada tahun 567 H/1171 M Daulat
Fathimiyah di tumbangkan oleh Sultan Salahuddin Al-Ayyubi yang mendirikan
Daulat Ayyubiyah (1171-1269 M) dan menyatakan tunduk kembali kepada Daulat
Abbasyiah di Baghdad. Kurikulum pada perguruan tinggi Al-Azhar lantas
mengalami perombakan total, dari aliran Syi’ah kepada aliran Sunni. Ternyata
perguruan tinggi al-Azhar ini mampu hidup terus sampai sekarang, yakni sejak
abad ke-10 M sampai abad ke-20 M dan
tampaknya akan tetap selama hidupnya.[7]
Universitas al-Azhar dapat dibedakan menjadi
dua periode : pertama, periode sebelum tahun 1961 dan kedua, periode
setelah 1961, dimana fakultas-fakultasnya sama seperti yang ada di IAIN
sekarang, dan periode setelah tahun 1961, dimana fakultas-fakultas dan
ilmu-ilmu yang dikaji telah meliputi seluruh cabang ilmu pengetahuan umum dan
agama. Kalau peride pertama kita sebut periode Qadim (lama), dan kedua sebagai
periode Jadid (baru), maka yang dicontoh IAIN selama ini ialah Al-Azhar periode
Qadim.
3.
Nisyapur
Perguruan tinggi nizhamiyah Naisyapur di bangun
nizham almulk untuk aljuwayni, dan aljuwayni menjadi mudarris (guru besar)
disini sampai 3 dekade, yang berakhir dengan wafatnya tahun 478 H/ 1083 M.
Darisini dapat di hitung bahwa lembaga ini di bangun sekitar 440/ 1050 M. Di
lembaga ini ada 4 unsur pokok, yakni
1.
Seorang mudarris ( guru besar) yang bertanggung
jawab terhadap pengajaran di lembaga pendidikan.
2.
Muqri’ (Ahli Al-quran) yang mengajar al-quran
di masjid.
3.
Muhaddis (Ahli hadis) yang m,engajar hadis di
lembaga pendidikan.
4.
Seorang pustakawan (bait almaktub) yang
bertanggung jawab terhadap perpustakaan, mengajar bahasa dan hal-hal terkait
itu.
4.
Perguruan Tinggi Cordova
Adapun sejarah singkat Cordova dapat
digambarkan demikian, bahwa di tangan Daulat Ummayah, semenanjung Liberia yang
berabad-abad sebelumnya terpandang daerah minus, berubah bagaikan disulap
menjadi daerah yang makmur dan kaya raya akan pembangunan bendungan-bendungan
irigasi di sana sini menuruti contoh
lembah Nil dan lembah Ephrate. Bahkan pada masa berikutnya, Cordova menjadi
pusat ilmu dan kebudayaan yang gilang gemilang sepanjang zaman tengah. The
Historians’ History of the World menulis tentang keadaan pada masa
pemerintahan Amir Abdurrahman I (756-788 M) itu, sebagai berikut, demikian
tulis buku sejarah terbesar tersebut tentang prikeadaan Andalusia waktu itu,
yang merupakan pusat intelektual di eropa dan dikagumi kemakmurannya. Sejarah
mencatat, sebagai contoh, bahwa Aelhoud dari Bath (Inggris) belajar ke Cordova
pada tahun 1120 M, dan pelajaran yang dituntunnya adalah geometri, algebra
(aljabar), matematik. Gerard dari Cremona belajar di Toledo seperti halnya Aelhoud
ke Cordova. Begitu pula tokoh-tokoh lainnya.[8]
5. Kairawan Nizam al-Muluk di Maroko
5. Kairawan Nizam al-Muluk di Maroko
Perguruan tinggi Kairwan ini berada di kota Fez
(Afrika Barat). Perguruan tinggi ini bermula dibangun pada tahun 859 M oleh putri
seorang saudagar hartawan di kota Fez, yang berasal dari Kairawan (Tunisia).
Pada tahun 305 H/918 M perguruan tinggi ini diserahkan kepada pemerintah dan
sejak saat itu menjadi perguruan tinggi resmi, yang perluasan dan
perkembangannya berada di bawah pengawasan dan pembiayaan negara.
Seperti halnya perguruan tinggi Al-Azhar,
perguruan tinggi Kairawan masih tetap hidup sampai sekarang. Di antara sekian
banyak alumninya adalah pejuang nasionalis muslim terkenal, diantaranya adalah
Allal Al-Fasi, dan Mahdi Ben Barka, yang berhasil mencapai kemerdekaan Maroko
dari penjajahan Perancis sehabis perang Dunia kedua, lalu pejabat PM Maroko di
bawah Sultan Muhammad V. Sedangkan ilmuan termasyhur yang pernah menjadi maha
gurunya antara lain Ibnu Thufail (1106-1185 M) dan Ibnu Rusyd (1126-1198 M), pada
masa Daulat Almuwahhidin dari Eropa, maka nama Avenbacer (Abu bakar Ibnu
Thufail) dan Averroes (Ibnu Rusyd) dan Avempas (Ibnu Bajah) dan Alhazem (Imnu
Hazmi) dan lainnya, amat populer dan harum di Eropa.[9]
Sebagai catatan, perguruan tinggi Al-Azhar (972
M) di Mesir, dan perguruan tinggi Kairwan (859 M) di Maroko, adalah lebih tua
dibandingkan dengan perguruan tinggi Oxford (1163 M) dan perguruan tinggi
Cambridge (1209 M) di Inggris, dan perguruan tinggi Sorbonne (1253 M) di Perancis, perguruan tinggi Tubingen
(1477 M) di Jerman, dan perguruan tinggi Edinburg (1582 M) di Skotlandia.[10]
Penyebab utama kemunduruan dunia muslim,
khususnya di bidang ilmu pengetahuan adalah terpecahnya kekuatan politik yang
digoyang oleh tentara bayaran Turki. Kemudian dalam kondisi demikian datang
musuh dengan membawa bendera perang salib. Akhirnya, Baghdad sebagai pusat ilmu
pengetahuan ketika itu dihancurkan Hulaghu Khan tahun 1258 M. Pusat-pusat studi
termasuk yang dihancurkan Hulaghu Khan.
Kemudian adapula sejumlah universitas baru yang
juga menawarkan studi islam. Diantaranya adalah:
1.
American university in cairo di Mesir,
department of Arabic studies – Islamic art narchitecture.
2.
An-najah national university di Palestina
faculty of graduate studies
3.
Center for conservation of Islamic architecture
heritage di Mesir
4.
Islamic institute for peace and human development di Pakistan
5.
University of engineering and technology,
Lahore di Pakistan, departemento humanities and social sciences
6.
Jamia millia islamia di India department of
Islamic studies
7.
Selcuk university di Turki, history of art and
architecture
8.
Shiraz university di iran, department of Islamic
education
9.
University of allepo di syiria , faculty of
arts and humanities
10.
University of Khartoum di sudan, department of
Islamic studies.
C .
Perkembangan Studi Islam di Indonesia
Perkembangan studi islam di Indonesia dapat di
gambarkan demikian. Bahwa lembaga/sistem pendidikan Islam di Indonesia mulai
dari sistem pendidikan:
(1)
langgar, kemudian sistem
(2) pesantren, kemudian berlanjut dengan sistem
(3)
pendidikan di kerajaan-kerajaan islam, akhirnya muncul sistem
(4)
kelas.
Maksud pendidikan sistem langgar adalah
pendidikan yang dijalankan di langgar, atau masjid atau di rumah guru. Kurikulumnya pun bersifat
elementer, yakni mempelajari abjad huruf arab. Dengan sistem ini di kelola oleh
alim, mudin, lebai.[11]
Di tempat ini dilakukan pendidikan buat orang dewasa maupun anak-anak.
Pengajian yang dilakukan untuk orang dewasa adalah penyampaian ajaran islam
oleh mubaligh (al-ustadz, guru, kyai) kepada para jama’ah dalam bidang yang
berkenaan dengan akidah, ibadah dan akhlak. Sedangkan pengajian yang
dilaksanakan ialah anak-anak berpusat kepada pengajian Al-Qur’an
menitikberatkan kepada kemampuan membacanya dengan baik sesuai dengan
kaidah-kaidah bacaan. Selain dari itu anak-anak juga diberi pendidikan keimanan
ibadah dan akhlak. Keimanan bertumpu kepada rukun iman yang enam sedangkan
ibadah dititikberatkan kepada pendidikan shalat. Adapun akhlak ditujukan kepada
pembentukan akhlak yang mulia, dalam tingkah laku kesehariannya.
Pengajaran sistem langgar dilakukan dengan dua
cara. pertama, dengan cara sorogan, yakni seorang murid berhadapan langsung
dengan guru, dan bersifat perorangan. Kedua, adalah dengan cara halaqah, yakni
guru dikelilingi oleh para murid untuk belajar bersama.
Adapun sistem pendidikan di pesantren atau
dapat diidentikkan dengan huttab, dimana seorang kyai mengajari santri
dengan sarana masjid sebagai tempat pengajaran/pendidikan, dan didukung oleh
pondok sebagai tempat tinggal santri. [12]
Di pesantren juga berjalan dua cara, yakni (1)
sorogan dan (2) halaqah. Hanya saja sorogan di pesantren biasanya dengan cara
si santri yang membaca kitab, sementara kyai mendengarkan, sekaligus mengoreksi
kalau ada kesalahan.[13]
Inti dari pesantren itu adalah pendidikan ilmu
agama, dan sikap beragama. Kerenanya mata pelajaran yang diajarkan semata-mata
pelajaran agama. Pada tingkat dasar anak didik baru diperkenalkan tentang dasar
agama, dan Al-Qur’an. Setelah berlangsung beberapa lama pada saat anak didik
telah memiliki kecerdasan tertentu, maka mulailah diajarkan kitab-kitab klasik.
Kitab-kitab klasik ini juga diklasifikasikan kepada tingkat dasar, menengah dan
tinggi.
Sistem pengajaran berikutnya adalah pendidikan
di kerajaan-kerajaan islam. Berikut adalah nama-nama kerajaan yang dulu pernah
berperan dalam perkembangan studi islam di Indonesia : (1) Kerajaan Samudra
Pasai di Aceh (2) Kerajaan Perlak di Selat Malaka (3) Kerajaan Aceh Darussalam
(4) Kerajaan Demak (5) Kerajaan Islam Mataram (6) Kerajaan Islam di
Banjarmasin.
Kemudian mulai akhir abad ke-19, perkembangan
pendidikan islam di Indonesia, mulai lahir sekolah model Belanda, sekolah
Eropa, sekolah Vernahuler khusus bagi warga Negara Belanda. Di samping itu ada
sekolah pribumi yang mempunyai system yang sama dengan sekolah-sekolah Belanda
tersebut, seperti sekolah taman siswa.
Kemudian abad ke-20 muncul madrasah dan
sekolah-sekolah model Belanda oleh organisasi islam seperti Nahdatul Ulama,
Muhammadiyah, Jama’ah Al-Khoir, dan lain sebagainya.
Kemudian pada tahun 1916 M, Nahdatul Ulama
membuka madrasah Salafiyah di Tebuireng, yang dalam kurikulumnya memasukkan
pelajaran baca tulis huruf latin. Pada tahun 1923 ada empat sekolah
Muhammadiyah didirikan di Yogyakarta, dan di Jakarta berdiri sekolah HIS
(Hollands Inland School).
Pada level perguruan tinggi dapat digambarkan
bahwa berdirinya perguruan tinggi islam tidak dapat di lepaskan dari adanya
keinginan umat islam Indonesia untuk memiliki lembaga pendidikan tinggi islam
sejak zaman kolonial. Pada bulan April 1945 diadakan pertemuan antara berbagai
tokoh organisasi islam, ulama, dan cendikiawan. Dalam pertemuan itu dibentuklah
panitia perencana sekolah tinggi islam yang diketuai oleh Drs. Moh. Hatta
dengan anggota-anggota antara lain : K.H. Mas Mansur, K.H.A. Muzakkir, K.H.
R.F. Kafrawi dan lain-lain. Setelah persiapan cukup, pada tanggal 8 Juli 1985 M
atau 27 Rajab 1264 H, bertepatan dengan hari Isra’ dan Mi’raj diadakan upacara
pembukaan resmi Sekolah Tinggi Islam (STI) di Jakarta.[14]
Setelah
proklamasi dan ibu kota Republik Indonesia pindah ke Yogyakarta, STI juga
hijrah ke kota tersebut dan berubah namannya menjadi Universitas Islam
Indonesia (UII). Fakultas agama UII ini kemudian di negerikan dan menjelma
menjadi Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN). PTAIN membuka tiga
jurusan, yaitu Jurusan Qadla, Tarbiyah dan Dakwah.[15]
Pada
tahun 1960 PTAIN dilebur dan digabungankan dengan Akademi Dinas Ilmu Agama
(ADIA) milik Departemen Agama yang
didirikan di Jakarta. Dengan penetapan menteri agama No.1 tahun 1957. Pada
tanggal 2 Rabi’ul Awal 1380 H, bertepatan dengan tanggal 28 Agustus 1960 M
berdirilah secara resmi IAIN Al-Islamiyah Al-Hukumiyah. IAIN tersebut
merupakan penggabungan antara PTAIN di Yogyakarta dan ADIA di Jakarta.
Melihat perkembangan IAIN yang pesat di tandai
dengan banyaknya berdiri fakultas-fakultas di cabang di daerah-daerah
menunjukan besarnya minat masuk IAIN. Kondisi ini melatarbelakangi lahirnya PP
No 27 Tahun 1963, yang memungkinkan di dirikannya IAIN yang terpisah dari
pusatnya. Dari sisi waktu berdirinya IAIN dapat di gambarkan berikut:
1.
IAIN Ar- raniry
Banda Aceh tanggal 5 oktober 1963
2.
IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta tTanggal 5
desember 1963
3.
IAIN Raden Fatah Palembang Tanggal 22 oktober
1964
4.
IAIN Antasari Kalimantan Selatan Tanggal 22
november 1964
5.
IAIN Sunan Ampel Surabaya Tanggal 6 juli 1965
6.
IAIN Alauddin Ujung di Padang Tanggal 28
oktober 1965
7.
IAIN Imam Bonjol Padang Tanggal 21 november
1966
8.
IAIN Sultan Taha saefuddin Jambi Tahun 1967
IV.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Studi Islam baik
di barat, timur ataupun di Indonesia menglami perkembangan. Studi Islam di
barat, menglami masa-masa sulit akan tetapi pada akhirnya dapat bertahan dan
berkembang menjadi universitas-universitas ternama di negara barat. Adapun
studi Islam di timur mengalami perkembangan yang baik dengan adanya
lembaga-lembaga yang tersedia di negara timur seperti di Al-Azhar. Dan studi
Islam di Indonesia mengalami pekembangan yang signifikan dimana pada awal islam
di indonesia ditandai dengan sistem pendidikan tradisional seperti yang di terapakan di beberapa pesantren dan kini
studi islam makin berkembang di indonesia ditandai dengan berdirinya beberapa
perguruan tinggi islam.
B.
Punutup
Demikian makalah yang dapat kami susun, kami
sangat menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan.Untuk itu kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan dan pengembangan sangat kami harapkan. Semoga dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi kita
semua.Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Anmwar Rosihan,dkk. Pengantar Studi Islam. Bandung: Pustaka Setia.2011
Darmawan Andi, M.Ag dkk, Pengantar Studi Islam, Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
2005
Hasbullah, Sejarah
Pendidikan Islam Di Indonesia, Lintas Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1995
Langgulung Hasan, Pendidikan Islam
Menghadapi abad ke 21, pustaka al-husna kebon sirih barat I/39 Jakarta 1988
Nasution
Khoiruddin, MA, Pengantar Studi Islam, ACAdeMIA+TAZZAFA Yogyakarta,
BIODATA
PENULIS
1.
Nama : Adi Setyo Nugroho
NIM : 123911022
Prodi : PGMI
TTL : Semarang, 28 Mei 1994
Alamat :
Jl. Pucang indah 4/26 perumnas pucang gading, batusari, mranggen, kab. Demak
Pendidikan
SD :
SDN Batu Sari 3
SMP :
SMP N 3
SMA :
SMA Muhammadiyah 1
No. Telepon : 085640382775
Email : Adi_rocketboy@yahoo.com
2.
Nama : Agus Santoso
NIM : 123911026
Prodi : PGMI
TTL : Batang, 7 Maret 1994
Alamat : Ngebong RT02/RW04 Tersono Batang
Pendidikan
SD : MIS Tanjung Sari
SMP : MTs Nurussalam Tersono
SMA : SMA Wahid Hasyim Tersono
No.telepon :085870135778
Email : theboys.santoso@gmail.com
3.
Nama
:Alfi Hidayah
NIM : 123911030
Prodi : PGMI
TTL : Brebes, 19 Juli 1994
Alamat : Kendawa RT02/RW02 Jatibarang Brebes
Pendidikan
SD : SDN Kendawa 02
SMP : MTs N Model Babakan
SMA : MAN Babakan
No. Telepon :
085742257522
4.
Nama : Aprilia Ngabekti Ningsih
NIM : 123911037
Prodi : PGMI
TTL : Semarang, 8 April 1993
Alamat : Jambon Podorejo RT 01 /
RW08 Ngaliyan Semarang
Pendidikan
SD : MI Miftahusshibyan
Ngadirgo Mijen Semarang
SMP : SMP Filial 1 N 23
SMA : SMA N 16
No. Telepon : 085640815174
Email :angabekti@yahoo.co.id
5.
Nama : Azimatus Syarifah
NIM : 123911039
Prodi : PGMI
TTL : Batang, 27-01-1994
Alamat : Babadan-Limpung-Batang
Pendidikan
SD : MII Babadan Limpung
SMP : MTs NU Al-sya’iriyah
SMA : MA NU Limpung
No. Telepon : 085642975827
Email : sofy.cute76@yahoo.com
[3] Ibid hlm.46
[4]
Ibid.hlm.47- 48
[6]
Hasan
Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi abad ke 21, (pustaka al-husna kebon
sirih barat I/39 Jakarta 1988) hlm.45
7 Andi darmawan,
dkk, Pengantar Studi Islam, (Pokja
Akademik UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2005), hlm. 37
[8] . Khoiruddin
Nasution, Op.Cit. , hlm. 80
[9] Ibid, hlm. 81
[10] Ibid, hlm. 82
[11] Khoiruddin
Nasution, MA, Op.Cit. ,hlm. 113
[12] Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia,
Lintas Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 1995), hlm. 21-22
[13] Ibid, hlm. 26
[14] Prof. Dr. H.
Khoiruddin Nasution, MA, Op.Cit. ,hlm. 117
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking